Langgam dan Mitos yang Tidak Terpatahkan

MENYEBUT kata Langgam, saya langsung berpikir daerah itu merupakan tempat memancing yang cukup bagus. Tapi di luar itu, saya penasaran setelah menginjakkan kaki di kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Pelalawan ini.

Penasaran yang saya rasakan, lantaran masih banyak rumah panggung yang berdiri dan terdapat pula semacam rumah adat yang menandakan wilayah ini punya peradaban sejak tempo dulu. Saya mencoba mencari tulisan di internet mengenai Langgam. Namun hanya beberapa saja yang memuat dan mengupas secara rinci wilayah yang menurut saya sangat eksotis ini.

Di website resmi pemerintah Kabupaten Pelalawan sendiri saya hanya menemukan rincian Kecamatan Langgam secara geografis. Di website tersebut tertulis Langgam berjarak 20,01 Km dari Kerinci, ibukota Kabupaten Pelalawan.

Ibukota Kecamatan Langgam adalah Langgam. Luas wilayah kecamatan langgam 145.306,50 ha dengan luas daratan 144.269,47 ha dan sungai 1.037,03ha. Kecamatan Langgam memiliki 1 kelurahan dan 7 Desa.

Kecamatan Langgam memiliki sektor perkebunan dengan jumlah luas areal perkebunan 69.649,32 Ha dengan rincian perkebunan karet 2.502,40 Ha , kelapa 47,60 Ha, sawit 67.077,32 Ha dan Atan 22,00 Ha.

Kecamatan Langgam memiliki potensi batubara dengan cadangan batubara 51.026.110 ton.Dengan jenis High Voletile Bituminous. Kecamatan Langgam memiliki potensi bahan galian C yang terletak di Desa Terusan dan Desa Penarikan dengan jenis Lempung Tipa.


Sektor pariwisata Langgam memiliki objek wisata alam yang terkenal yaitu Danau Tajwid, Danau Lubuk dalam dan Kolam Tujuh. Wisata seni dan budaya yaitu Belimau Potang Mogang, Teater Musik Talempong, Wisata sejarah yaitu Makam Datuk Engku Raja Lela Putra, Rumah Peninggalan Datuk Engku Raja Lela, dan Kawasan Bekas Pecahan Porselin Kuno.

Tapi, saya tidak akan mengupas sektor wisatanya. Karena memang saya tidak menemukan secara rinci referensi terkait pariwisata di Langgam. Keberadaan saya di Langgam pada Sabtu 19 Agustus 2017 lalu karena hoby saya memancing.

Walau pun hanya memenuhi 'undangan' mancing dari senior Bang Syaibul Alades dan Ocu Mawardi Zakaria. hehehe Sekaligus saya ingin membuktikan 'mitos' yang katanya ocu Mawardi tidak terkalahkan soal mendapatkan ikan pancingan. Dua pemancing lain juga ikut serta yaitu Ocu Abdul dan Bang Yeprizal.

Pagi itu, kami berangkat sebelum azan Subuh berkumandang. Dari  Kota Pekanbaru Provinsi Riau, untuk menuju Langgam harus menempuh waktu sekitar 1,5 jam. Untuk peta lokasi, anda bisa cek di bawah postingan ini.

Berbicara soal 'mitos' yang saya sebut di atas. Konon katanya, ocu Mawardi selalu strike pertama saat memancing. Dan itu memang terbukti saat kami mencoba mulai melemparkan umpan ke dasar sungai, walau pun ikan yang di dapat hanya Sikehok alias baung Pisang yang banyak lendir. Terbayangkan? hahaha

Mungkin itulah mitos yang belum terpatahkan sampai kini. Di sisi lain, lokasi ini saya rekomendasikan pagi para pemancing. Meski hari itu banyak sikehok yang didaratkan, tidak menutup kemungkinan spot ini masih ada ikan incaran para pemancing, seperti Geso, Udang Galah dan Patin. Terbukti ocu Mawardi dan saya berhasil mendarapkan Geso, meski Geso saya kalah besar.

Sekian dulu pembahasan soal Langgam. Jika ada pertanyaan lebih lanjut silahkan tinggalkan pesan. Dan berkomentarlah dengan bijak. Terimakasih.**

KLIK PETA

0 Response to " Langgam dan Mitos yang Tidak Terpatahkan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2