Politik Kampung Kelas Kangkung

Di Indonesia, politik sudah menjadi 'makanan' sehari-hari masyarakatnya. Semua jago berpolitik, baik itu di tingkat terendah di Pemerintahan, seperti tingkat Rukun Tetangga (RT) apalagi, di pucuk pimpinam tertinggi dalam Pemerintahan.

Tidak hanya di Pemerintahan, ternyata politik ini juga akrab berbaur di forum-forum serta di organisasi masyarakat. Mungkin karena hampir setiap hari di televisi membicarakan politik. Jadi, masyarakat sudah terbiasa dengan yang namanya politik, seperti kebiasaan (sebagian) masyarakat Indonesia memakan kangkung.

Berbicara kangkung, ini memang sayuran murah meriah dan menyehatkan. Tidak kalah pamor dengan sayuran mahal, seperti asparagus yang jarang dimakan masyarakat menengah kebawah. Tidak kalah pamor?

Ya, tentu karena olahan sayur kangkung juga menjadi hidangan di hotel-hotel berbintang.

Lantas, apa hubungannya antara politik dan kangkung?

Nah, ini yang menarik perhatian penulis. Memang ada sayur kangkung organik, tapi penulis lebih tertarik dengan kangkung yang tumbuh liar, di rawa-rawa, parit dan tempat-tempat (maaf) kotor lainnya. Eits, ada yang bertanya mengapa harus kangkung liar? Ya, terserah penulis dong. Hehehehe

Seperti kangkung liar, politik juga begitu. Ya, sama-sama kotor. Di Indonesia tidak ada politik organik (politik bersih). Mungkin pembaca sudah lebih tahu dari penulis. Bukan begitu? (Sok tahu nih penulis). Mulai dari atas hingga ke bawah, yang namanya politik, pasti kotor.

Nah, berbicara Politik Kampung Kelas Kangkung ini, mari kita sama-sama nalarkan. Ini banyak ditemui di forum-forum serta di organisasi-organisasi. Ya, yang namanya kampung pembaca tahu sendirilah. Kalau soal kangkung sudah kita jelaskan tadi.**

1 Response to "Politik Kampung Kelas Kangkung "

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2